Kesejukan Dari Wanita Tua

12 11 2009

Terik mentari menyengat kulit terasa membakar lapisan tubuh, lelah terasa hingga membuat tenggorokan mengering dilanda ke hausan yang begitu dahsyat, ku langkahkan kaki keluar dari kamar kost untuk mencari satu angin kesejukan di siang yang panas, tak cukup rasanya menikmati semilir angin yang berhembus menghempas tubuh yang terbakar hingga ku susuri satu persatu anak tangga menuju ke bawah. Damai terasa saat ku dapatkan satu gelas air yang penuh dengan keringat karena dingin yang ada di dalamnya, ku nikmati tegukan demi tegukan air penyejuk itu di depan kamar teman kost yang ada di bawah dengan melempar canda dan tawa dengan seorang teman yang tengah membutuhkan satu kesejukan pula.

Tak terasa air dingin itu tinggal setengah gelas saja, dalam benak langsung berkata bersiaplah kembali kehilangan rasa kesejukan di siang yang panas dan terik, di tengah perbincangan yang semaikn seru, tiba –tiba canda tawa kami terhenti saat melihat sosok wanita tua yang berada di depan bak sampah yang ada di lingkungan kost kami, terlihat wanita tua itu tengah mencari – cari sesuatu di dalam bak sampah itu seolah – olah yang dia cari adalah benda yang sangat berharga nilainya di matanya, kulihat wanita tua itu tengah mengumpulkan lembaran – lembaran plastik yang menumpuk di dalam bak sampah, hati ini benar – benar tak kuasa melihatnya seorang wanita tua tengah mencari satu kehidupan di siang yang begitu panas dan harus bergelut dengan sampah untuk medapatkanya.

Rasa sedih, kagum, dan malu bercampur menjadi satu di siang yang terik waktu itu, hingga aku teringat tumpukan botol air minerel yang ada di dekat kamar kostku, dan ku katakan kepada temanku yang tengah berbincang dengan wanita tua itu supaya bergegas mengambil tumpukan botol itu untuk di berikan kepada sang nenek, saat botol di berikan kepada nenek terlontarlah kata – kata dari mulut nenek “maturnuwun yo mas, mbah ra iso mbales opo – opo , mugi – mugi pangeran nge kei sing penak le golek ilmu lan kepinteran kanggo mas.” ( “terimakasih ya mas, nenek tidak bisa membalas apa – apa , semoga allah memberikan kemudahan dalam menuntut ilmu dan kepintaran buat mas” ). Subahanallah ada do’a untuk kami dari sang nenek hingga semua rasa panas dan terik seolah terasa hilang dari dalam tubuh dan kesujukanlah yang datang menghampiri kami ber dua, samapai sang nenek berlalu dengan meninggalkan banyak pelajaran di siang yang tak lagi terasa panas.

Ingin kembali ku ucap terimakasih untuk nenek yang telah memberikan satu lagi pelajaran dalam perjlanan hidupku. Terimakasih ya mbah….


Actions

Information

12 responses

13 11 2009
uni

zemangat pagi sahabat, begitu banyak guru sejati yg sehari2 kita temui, bersyukur dapat meraih seberkas cahaya darinya ^_^

13 11 2009
indra1082

Guru sejati, adalah pengalaman.. betul itu.. 🙂
Salam Damai…..

13 11 2009
dony

berkunjung nih mas…

13 11 2009
zulhaq

sungguh nenek yang hebat…

13 11 2009
achoey

makin bijak aja kau sobat
pencerna hikmah yang baik 🙂

13 11 2009
Sakurata

jadi ingat Ibu di kampung halaman, postingan yang menarik untuk renungan di akhir pekan Sob..

14 11 2009
Nafi' Abdul Hakim

tulisannya berat Kak…
susah aku bacanya..???

15 11 2009
Zippy

Wah..pelajaran yang berharga tu sob…
Sayang yah, nenek gue udah gak ada semua…

16 11 2009
hidayat

we sangat-sangat hebat tuh nenek

17 11 2009
wigati

pelajaran hidup itu ada dimana-mana ya, yang sederhana seperti inipun bisa sangat berkesan 🙂

17 11 2009
Yolis

emang suka tersentuh yah melihat yang seperti itu.. pelajaran hidup terkadang datang dari hal2 yang sepele…

23 11 2009
Dona

Bro..
Suatu kisah yang membuat aku merenung, rindu akan hikmah kesejukan yang kamu rasa.
Nice post 🙂

Leave a reply to Sakurata Cancel reply